Para ahli mengkotakkan berbagai teori pendidikan itu ke dalam dua kelompok besar, yaitu pedagogik tradisional dan pedagogik modern. Namun pada dasarnya semua teori tentang pendidikan bertujuan sama, yaitu ingin menciptakan pendidikan yang lebih meningkat, lebih bermutu, dan lebih memartabatkan manusia. Titik tolak dari pedagogik modern ialah “individu-yang-menjadi.”
Apa artinya individu-yang-menjadi?
Hal ini berarti seorang individu hanya dapat berkembang di dalam interaksinya dengan tatanan kehidupan sosial budaya di mana dia hidup. Individu tidak dapat berkembang apabila diisolasikan dari dunia sosial budaya di mana di mana dia hidup. Hal ini berarti adanya suatu pengakuan peran aktif partisipatif dari individu yang menjadi dalam tatanan kehidupan sosial dan budayanya. Individu bukanlah sekedar menerima nilai-nilai tersebut hanya dapat dimilikinya melalui peranannya yang aktif partisipatif di dalam aktivitas sosial budaya dalam lingkungannya. Jadi, berbeda dengan pandangan pedagogik tradisional yang melihat individu sebagai suatu makhluk yang pasif reaktif, yang hanya berkembang karena pengaruh-pengaruh dari luar, termasuk pengaruh dari perubahan sosial yang terjadi dalam lingkungannya.
Dalam perkuliahan sendiri pun terdapat pedagogik yang modern ini, dimana kami tidak terikat dengan buku dan dosen saja. Tapi kami juga berperan aktif menggali dan melakukan trial and error sendiri. Seperti mencoba chat e-learning , diskusi kelompok untuk membahas sebuah fenomena-fenomena, dan ada juga tugas dengan mengadakan sebuah microteaching.
Konsep microteaching nya adalah bermain sambil belajar, dimana kami akan memberikan pelajaran dengan santai tapi efisien. Dimana anak-anak yang kami ajari ini tidak menjadi terlalu kaku dan tegang saat melakukan kegiatan belajar.
Teori yang mendukung akan pentingnya bermain ini yaitu :
Menurut Caplan dan Caplan 1973, main sebagai penentu penting bagi perkembagan kekuatan sahsiah, daya cipta, kestabilan emosi, perkembangan sosial dan intelek di samping dapat memperkembangkan kekuatan fizikal, koordinasi dan ketangkasan seseorang murid.
Dari aspek psikoanalisis, mengikut Freud pula, main memberi peluang kepada kanak-kanak untuk memperolehi perasaan dapat mengawal keadaan yang dikatakan dapat membantu kanak-kanak untuk berurusan dengan realiti sebenar (Kraua, 1990).
3. Beri uraian lebih detail berkaitan dengan ini : Konsep microteaching nya adalah bermain sambil belajar, dimana kami akan memberikan pelajaran dengan santai tapi efisien. Dimana anak-anak yang kami ajari ini tidak menjadi terlalu kaku dan tegang saat melakukan kegiatan belajar.
Dalam mikroteaching ini kami memberikan games didalamnya dan juga menyayi. Nah setelah melakukan kedua hal tersebut dan juga sianak dan kami sudah mulai merasa dekat , barulah kami akan memberikan materi ajar seperti bahasa Inggris. Nah, dalam memberikan materi nya pun kami tidak terlalu diktator akan tetapi lebih ramah dan terbuka sehingga anak menjadi nyaman dan gampang untuk menerima materinya..
2. Konsep microteaching kelompok kami adalah bermain sambil belajar, dimana kami akan memberikan pelajaran dengan santai tapi efisien. Dimana anak-anak yang kami ajari ini tidak menjadi terlalu kaku dan tegang saat melakukan kegiatan belajar. Ditahap awalnya kami akan melakukan perkenalan dan meminta mereka untuk memperkenalkan diri juga. Nah, setelah itu , kami sepakat untuk saling mengingat nama dan tidak memanggil mereka dengan sebutan "adik" supaya mereka merasa senang karena nama nya diingat dan kami bisa menjadi semakin dekat dengan anak-anak.
Kami membawakan materi Bahasa Inggris , karena menurut saya sendiri pun bahasa Inggris itu merupakan suatu mata pelajaran yang universal dimana sangat diperlukan bagi bagi si anak. Topiknya adalah tentang pekerjaan (occupation) , kami memberikan gambar dari setiap profesi tersebut suppaya si anak dapat melihat langsung seperti apa sih pakaian seorang dokter, perawat,dll.
Nah, saat selesai membawakan materi, kami akan melakukan sebuah games untuk menanamkan kerjasama, dan kekompakan diantara mereka..
Adapun hal-hal yang kami lakukan, memberikan keamanan psikologis bagi sang anak, yaitu menerima individu dengan segala kelebihan dan kekurangannya,dimana saat anak memberikan pendapat, kami tidak langsung menjudge bahwa "itu salah" .
Kemudian Brainstorming , yaitu menanyakan anak apa yang mereka ketahui dan menanyakan pendapat yang menekankan pada kuantitas bukan kualitas ..
Teori yang mendukung yaitu : Menurut Caplan dan Caplan 1973, main sebagai penentu penting bagi perkembagan kekuatan sahsiah, daya cipta, kestabilan emosi, perkembangan sosial dan intelek di samping dapat memperkembangkan kekuatan fizikal, koordinasi dan ketangkasan seseorang murid.
Dari aspek psikoanalisis, mengikut Freud pula, main memberi peluang kepada kanak-kanak untuk memperolehi perasaan dapat mengawal keadaan yang dikatakan dapat membantu kanak-kanak untuk berurusan dengan realiti sebenar (Kraua, 1990).
selain itu ada juga teori seni mengajar , dimana mengajar merupakan seni dan ilmu transformasi bahan ajar kepada peserta didik padas situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Nah berdasarkan teori ini, kami menggunakan media ajar seperti menggunakan sebuah alat peraga yaitu gambar yang kami laminating dan ditunjukkan pada sianak saat proses belajar berlangsung. Ini akan memudahkan anak dalam mengingat.
Para ahli mengkotakkan berbagai teori pendidikan itu ke dalam dua kelompok besar, yaitu pedagogik tradisional dan pedagogik modern. Namun pada dasarnya semua teori tentang pendidikan bertujuan sama, yaitu ingin menciptakan pendidikan yang lebih meningkat, lebih bermutu, dan lebih memartabatkan manusia.
BalasHapusTitik tolak dari pedagogik modern ialah “individu-yang-menjadi.”
Apa artinya individu-yang-menjadi?
Hal ini berarti seorang individu hanya dapat berkembang di dalam interaksinya dengan tatanan kehidupan sosial budaya di mana dia hidup. Individu tidak dapat berkembang apabila diisolasikan dari dunia sosial budaya di mana di mana dia hidup. Hal ini berarti adanya suatu pengakuan peran aktif partisipatif dari individu yang menjadi dalam tatanan kehidupan sosial dan budayanya.
Individu bukanlah sekedar menerima nilai-nilai tersebut hanya dapat dimilikinya melalui peranannya yang aktif partisipatif di dalam aktivitas sosial budaya dalam lingkungannya. Jadi, berbeda dengan pandangan pedagogik tradisional yang melihat individu sebagai suatu makhluk yang pasif reaktif, yang hanya berkembang karena pengaruh-pengaruh dari luar, termasuk pengaruh dari perubahan sosial yang terjadi dalam lingkungannya.
Dalam perkuliahan sendiri pun terdapat pedagogik yang modern ini, dimana kami tidak terikat dengan buku dan dosen saja. Tapi kami juga berperan aktif menggali dan melakukan trial and error sendiri. Seperti mencoba chat e-learning , diskusi kelompok untuk membahas sebuah fenomena-fenomena, dan ada juga tugas dengan mengadakan sebuah microteaching.
2. jelaskan tentang konsep micro teaching kelompok adinda. Kemudian sertakan kajian teori yang mendukung menurut pendapat pribadi anda.
BalasHapusKonsep microteaching nya adalah bermain sambil belajar, dimana kami akan memberikan pelajaran dengan santai tapi efisien. Dimana anak-anak yang kami ajari ini tidak menjadi terlalu kaku dan tegang saat melakukan kegiatan belajar.
BalasHapusTeori yang mendukung akan pentingnya bermain ini yaitu :
Menurut Caplan dan Caplan 1973, main sebagai penentu penting bagi perkembagan kekuatan sahsiah, daya cipta, kestabilan emosi, perkembangan sosial dan intelek di samping dapat memperkembangkan kekuatan fizikal, koordinasi dan ketangkasan seseorang murid.
Dari aspek psikoanalisis, mengikut Freud pula, main memberi peluang kepada
kanak-kanak untuk memperolehi perasaan dapat mengawal keadaan yang dikatakan dapat membantu kanak-kanak untuk berurusan dengan realiti sebenar (Kraua, 1990).
3. Beri uraian lebih detail berkaitan dengan ini : Konsep microteaching nya adalah bermain sambil belajar, dimana kami akan memberikan pelajaran dengan santai tapi efisien. Dimana anak-anak yang kami ajari ini tidak menjadi terlalu kaku dan tegang saat melakukan kegiatan belajar.
BalasHapusDalam mikroteaching ini kami memberikan games didalamnya dan juga menyayi. Nah setelah melakukan kedua hal tersebut dan juga sianak dan kami sudah mulai merasa dekat , barulah kami akan memberikan materi ajar seperti bahasa Inggris. Nah, dalam memberikan materi nya pun kami tidak terlalu diktator akan tetapi lebih ramah dan terbuka sehingga anak menjadi nyaman dan gampang untuk menerima materinya..
BalasHapusREMEDIAL soal nomor 2
BalasHapus2. Konsep microteaching kelompok kami adalah bermain sambil belajar, dimana kami akan memberikan pelajaran dengan santai tapi efisien. Dimana anak-anak yang kami ajari ini tidak menjadi terlalu kaku dan tegang saat melakukan kegiatan belajar.
Ditahap awalnya kami akan melakukan perkenalan dan meminta mereka untuk memperkenalkan diri juga. Nah, setelah itu , kami sepakat untuk saling mengingat nama dan tidak memanggil mereka dengan sebutan "adik" supaya mereka merasa senang karena nama nya diingat dan kami bisa menjadi semakin dekat dengan anak-anak.
Kami membawakan materi Bahasa Inggris , karena menurut saya sendiri pun bahasa Inggris itu merupakan suatu mata pelajaran yang universal dimana sangat diperlukan bagi bagi si anak. Topiknya adalah tentang pekerjaan (occupation) , kami memberikan gambar dari setiap profesi tersebut suppaya si anak dapat melihat langsung seperti apa sih pakaian seorang dokter, perawat,dll.
Nah, saat selesai membawakan materi, kami akan melakukan sebuah games untuk menanamkan kerjasama, dan kekompakan diantara mereka..
Adapun hal-hal yang kami lakukan, memberikan keamanan psikologis bagi sang anak, yaitu menerima individu dengan segala kelebihan dan kekurangannya,dimana saat anak memberikan pendapat, kami tidak langsung menjudge bahwa "itu salah" .
Kemudian Brainstorming , yaitu menanyakan anak apa yang mereka ketahui dan menanyakan pendapat yang menekankan pada kuantitas bukan kualitas ..
Teori yang mendukung yaitu :
BalasHapusMenurut Caplan dan Caplan 1973, main sebagai penentu penting bagi perkembagan kekuatan sahsiah, daya cipta, kestabilan emosi, perkembangan sosial dan intelek di samping dapat memperkembangkan kekuatan fizikal, koordinasi dan ketangkasan seseorang murid.
Dari aspek psikoanalisis, mengikut Freud pula, main memberi peluang kepada
kanak-kanak untuk memperolehi perasaan dapat mengawal keadaan yang dikatakan dapat membantu kanak-kanak untuk berurusan dengan realiti sebenar (Kraua, 1990).
selain itu ada juga teori seni mengajar , dimana mengajar merupakan seni dan ilmu transformasi bahan ajar kepada peserta didik padas situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Nah berdasarkan teori ini, kami menggunakan media ajar seperti menggunakan sebuah alat peraga yaitu gambar yang kami laminating dan ditunjukkan pada sianak saat proses belajar berlangsung. Ini akan memudahkan anak dalam mengingat.