Selasa, 29 November 2011

JuRnaL berdasarkan KURIKULUM BERDIFERENSIASI UNTUK SISWA BERBAKAT ( REVISI )

Sebelum membahas mengenai jurnal yang saya bahas, ada baiknya kita mengetahui lebih dulu mengenai pengantar dalam Bab 7 : KURIKULUM BERDIFERENSIASI UNTUK SISWA BERBAKAT .
Kurikulum adalah serangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta tata cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Departemen pendidikan dan kebudayaan)
Penyesuaian kurikulum mencakup pemilihan metode, cara, pembelajaran, dan pengaturan jatah/alokasi waktu kegiatan belajar mengajar (KBM). 
Untuk melayani kebutuhan pendidikan anak berbakat  perlu diusahakan pendidikan yang berdiferensiasi,yaitu yang memberi pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual siswa.
Marker mengatakan bahwa kurikulum anak berbakat memerlukan modifikasi dalam empat bidang yaitu: konten, proses/metode pengajaran, produk belajar dan lingkungan belajar. Berikut akan membandingkan antara jurnal nasional dengan internasional.

1. Jurnal Nasional      

Pengarang    : Siti Maghviroh
Tahun Jurnal : 2009
Subjek         : LB1501 Primary Education

Dalam jurnal ini  membahas tentang pembelajaran akselerasi. Pembelajaran akselerasi salah satu bentuk layanan pendidikan bagi anak berbakat intelektual. Pembelajaran akselerasi memberikan keuntungan bagi anak berbakat intelektual, namun juga beberapa kelemahan yang perlu diantisipasi dan dipikirkan dengan baik sebelum program ini dilaksanakan. Pembelajaran akselerasi seharusnya didasarkan paradigma bahwa siswa harus berkembang secara alami dan tidak cukup hanya aspek kognitifnya saja tetapi juga aspek emosional dan aspek sosial. Dengan demikian perlu adanya pengkajian yang lebih mendalam mengenai pembelajaran akselerasi agar dapat berjalan dengan baik dan terjadi keseimbangan kemajuan dalam diri siswa baik itu dari aspek perkembangan kognitif, emosional, dan sosial. Diperlukan bimbingan bagi siswa akselerasi oleh guru bimbingan konseling atau psikolog untuk memberikan arahan mengenai perkembangan anak serta sesering mungkin mengadakan kegiatan yang dapat menyatukan antara siswa kelas akselerasi dengan siswa kelas reguler agar proses sosialisasi siswa akselerasi tetap dapat berlangsung dengan baik.

2. Jurnal Internasional       
Pengarang : Zainudin Mohd. Isa (PhD.)

Dalam jurnal ini membahas tentang sejauhmana kesesuaian kurikulum vokasional  terhadap keperluan pelajar MP; mengenal pasti bidang-bidang kemahiran yang diperlukan oleh pelajar MP; mengenalpasti corak dan pasaran kerjaya yang diperlukan di masa depan. Didapati pula ada dalam kajian ini t3erdapat :
(1) pelajar MP kurang memiliki kemahiran bekerja mungkin kerana kurikulum sedia ada didapati bersifat terlalu umum dan lebih menekankan aspek akademik yang tidak sesuai dengan keperluan pelajar MP; 
(2) Terdapat beberapa bidang kemahiran kerjaya yang dikenalpasti sesuai diajar kepada pelajar MP; 
(3) pelajar MP di masa hadapan memerlukan kemahiran vokasional yang berteknologi tinggi sesuai dengan kehendak semasa;
(4) penawaran kerja di masa hadapan untuk pelajar MP adalah berasaskan kemahiran berbanding kelayakan akademik.
 
 Kepentingan pendidikan vokasional kepada pelajar MP tidak dinafikan dalam membantu mereka yang mengatasi masalah-masalah di tempat kerja selepas
tamat persekolahan. Malah didapati tempoh bekerja seseorang individu MP dalam sesuatu pekerjaan adalah lebih lama berbanding dengan individu yang tidak mempunyai latihan vokasional. Ini karena latihan vokasional yang diterima di sekolah dapat menyediakan pelajar MP dengan kemahiran berguna dalam menyelesaikan masalah sewaktu bekerja. Adapun  kurikulum vokasional pelajar MP perlu menekankan dalam aspek pemilihan bidang kemahiran yang bersesuaian dengan keperluan individu. Selain itu juga, kurikulum pendidikan vokasional pelajar MP seharusnya tidak bersifat akademik dan tidak terlalu mencabar keupayaan intelek pelajar serta memberi penekanan dari aspek pembinaan sikap positif pelajar terhadap kurikulum dalam usaha menyerap isi kandungan yang ada seterusnya dapat menguasai kemahiran tersebut (Siti 1999). Ini kerana sikap kurang minat pelajar terhadap sesuatu pekerjaan selama ini timbul lantaran daripada kegagalan mereka untuk mengadaptasikan kebolehan dan kemahiran yang diperolehi di sekolah (White 1992). Selain itu, kurikulum vokasional pelajar MP juga seharusnya menekankan ke arah mendedahkan pelajar dengan kemahiran untuk bersosialisasi; kaunseling kerjaya; meningkatkan keyakinan diri/kendiri; hidup berdikari; latihan vokasional; menyesuaikan diri dengan pekerjaan, kemahiran membaca dan mengeja; kemahiran mengorganisasi dan mentadbir kewangan; penerapan bidang keusahawanan serta kemahiran mengawal diri yang merupakan kunci kejayaan dalam sesuatu bidang.
Bagaimanapun kajian-kajian yang dijalankan mendapati kurikulum semasa pendidikan pelajar MP peringkat menengah di Malaysia mempunyai banyak kelemahan kerana tidak menjurus ke arah menyediakan pelajar dengan kemahiran vokasional.



 

Kamis, 24 November 2011

JuRnaL berdasarkan KURIKULUM BERDIFERENSIASI UNTUK SISWA BERBAKAT

Kurikulum adalah serangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta tata cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Departemen pendidikan dan kebudayaan)
Penyesuaian kurikulum mencakup pemilihan metode, cara, pembelajaran, dan pengaturan jatah/alokasi waktu kegiatan belajar mengajar (KBM). 
Untuk melayani kebutuhan pendidikan anak berbakat  perlu diusahakan pendidikan yang berdiferensiasi,yaitu yang memberi pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual siswa.
Marker mengatakan bahwa kurikulum anak berbakat memerlukan modifikasi dalam empat bidang yaitu: konten, proses/metode pengajaran, produk belajar dan lingkungan belajar. Berikut akan membandingkan antara jurnal nasional dengan internasional.

1. JURNAL NASIONAL
Efektivitas manajemen SMA penyelengara program akselerasi di Kota Medan
Program percepatan belajar (akselerasi) dimaksudkan sebagai salah satu upaya pendidikan tersistem dalam rangka mengapresias bakat, talenta, keunggulan intelektual dan berbagai keistimewaan lainnya. Program ini telah bergulir dan di laksanakan oleh 4 (empat) SMA di Kota Medan, sejak tahun ajaran 2001/2002 atau satu tahun mendahului Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sebagai siswa cerdas yang juga dapat di sebut sebagai "anak luar biasa" memerlukan pelayanan pendidikan khusus di sekolah penyelenggara program akselerasi. Pelayanan di maksud dilaksanakan melalui kurikulum berdiferensiasi yang di terapkan oleh Kepala Sekolah, Guru, Konselor, dan Teknisi Pendidikan lainnya berdasarkan fungsi-fungsi manajemen. Pelayanan pendidikan bagi siswa cerdas, unggul atau siswa istimewa melalui program percepatan belajar (akselerasi) belum di laksanakan secara optimal, baik dari aspek metodologi, pembelajaran, skenario kelas, pemanfaatan jasa teknologi pendidikan serta bimbingan maupun dari aspek supervisi. Salah 3atu hambatan dari ketidakefektivan manajemen dalam pelaksanaan akselerasi di Kota Medan, ialah pemahaman teori manajemen dan teori akselerasi belum tersosialisasikan secara optimal, baik di lingkungan birokrasi pendidikan, maupun kalangan Pemerintah Kota Medan, bahkan di kalangan persekolahan. Bedasarkan Teori Cluster RenzulH anak luar btasa dan unggul ialah anak yang memiliki keunggulan di atas rata-rata normal serta memiliki komitmen tanggung jawab dan kreativitas tinggi. Dalam keunggulan tersebut pelayanan pendidikan dari konselor, pedagog dan atau psykolog menjadi sesuatu kebutuhan yang tidak bisa di abaikan oleh SMA penyelenggara program akselerasi.
Tujuan kajian ini adalah melakukan analisis keperluan terhadap kurikulum pendidikan vokasional pelajar bermasalah pembelajaran (MP) di peringkat sekolah menengah di Malaysia. Analisis keperluan ini antaranya bertujuan untuk menentukan sejauhmana kesesuaian kurikulum vokasional sedia ada terhadap keperluan pelajar MP. pelajar MP disarankan dilatih terlebih dahulu di sekolah sebelum dihantar menjalani latihan di tempat kerja sebenar bagi memastikan mereka benar-benar bersedia untuk berhadapan dengan situasi di tempat kerja. Dapatan kajian tersebut disokong oleh kajian yang dijalankan oleh Lowery, Molloy dan Glennon (2006) serta Zigmon (1990) berkaitan kemahiran vokasional yang diperlukan di masa hadapan. Gerber (2003) berpendapat kemahiran sosial seperti berkomunikasi, menerima pendapat (reciprocating), menyokong pendapat orang lain dan mengambil tanggungjawab. Pelajar MP yang tidak diberi fokus kepada kemahiran sosial adalah berisiko gagal dalam pekerjaan. Selain itu pelajar MP perlu diajar dengan etika kerja yang tinggi seperti masuk kerja menepati masa dan menunjukkan kesungguhan terhadap kerja. Zigmon (1990) menggariskan tiga kemahiran utama yang diperlukan oleh pelajar MP tapi amat sedikit diterima oleh mereka yang dianggap sebagai kemahiran asas (basic skills) iaitu:
•Kawalan tingkahlaku (behavior control)
•Menghormati guru
•Kemahiran belajar meliputi kemahiran mengambil ujian (test taking)

referensi : 
http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/25:30/q/kurikulum%20berdiferensiasi/offset/0/limit/3
http://www.fp.utm.my/medc/journals/vol3/8.%20Jurnal%20MEDC%20Dr%20Zainudin%20Mohd%20Isa.pdf